Sunday 16 February 2014

Setidaknya Binatang Lebih Baik dari #Gay part II

Karakteristik #Gay: 1. Fitrah mereka terbalik dan terjungkir dari fitrah yang diberikan oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala kepada kaum lelaki. Sesungguhnya tabiat mereka bertentangan dengan tabiat manusia yang diciptakan oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala bagi kaum pria, yaitu memiliki syahwat terhadap kaum wanita, bukan pada lelaki.

2. Kelezatan dan kebahagian yang mereka rasakan ketika melampiaskan syahwatnya berada dalam kubangan najis-najis, sampah-sampah, dan bau (kotoran manusia). Maka hilanglah air kehidupan di sana.

3. Rasa malu, tabiat, dan keberanian mereka lebih rendah daripada binatang, baik secara watak maupun dibuat-buat.

4. Pada benak mereka terus-menerus ada pikiran, angan-angan, dan keinginan untuk berbuat keji setiap saat. Sesungguhnya para lelaki berada di hadapan mereka di setiap waktu, setiap kali mereka berjalan, bepergian, keluar, dan masuk tidaklah hilang dari mereka bayangan kaum lelaki. Maka jika salah seorang dari mereka melihat seorang anak laki-laki, pemuda, atau lelaki dewasa, ia ingin melakukan (perbuatan keji itu) kepadanya atau dilakukan terhadap dirinya.

5. Engkau akan mendapatkan mereka memiliki sedikit rasa malu. Sungguh bumi telah mengisap air rasa malu dari wajahnya sehingga ia tidak merasa malu kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala, tidak pula kepada para makhluk-Nya. Dan jika seperti ini (keadaannya) maka tidaklah ada manfaat padanya, tidak pula ada kebaikan darinya.

6. Ia tidak memiliki kekuatan yang dimiliki kaum lelaki, tidak pula keberanian mereka dan sifat keras mereka. Ia adalah seorang yang lemah selama-lamanya di hadapan setiap pria karena sesungguhnya ia membutuhkan (kepuasan dan kasih sayang) dari pasangan umurnya. Hal lainnya adalah Allah kjadikan wajah-wajahnya sebagai wajah yang paling buruk.

7. Allah Subhaanahu wa ta’ala telah menyifati mereka bahwa mereka adalah اَلْفَسَّاقُ (orang-orang yang fasik) dan أَهْلُ السُّوْءِ (para pelaku kejelekan), sebagaimana dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik.” (QS. Al-Anbiya [21]:74)

8. Mereka adalah اَلْمُسْرِفُوْنَ (orang-orang yang berlebihan), sebagaimana dalam firman-Nya:

“Malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.“ (QS. Al A’raf [7]: 81)

Maksudnya ialah melampaui batas-batas hukum Allah Subhaanahu wa ta’ala.

9. Allah Subhaanahu wa ta’ala menyebut mereka اَلْمُفْسِدُوْنَ (para pelaku kerusakan) dalam ucapan nabi mereka (yakni Nabi Luthq), sebagaimana dalam firman-Nya:

“Luth berdo’a: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu”. (QS. Al-Ankabut [29] : 30)

10. Allah Subhaanahu wa ta’ala menamai mereka dengan اَلظَّالِمُوْنَ (para pelaku kezaliman), sebagaimana dalam firman-Nya:

“Mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk negeri (Sodom) ini; sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Ankabut [29]: 31)

Hendaklah engkau memerhatikan mereka-mereka yang disifati oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala dengan sifat-sifat ini dan yang dicela dengan celaan-celaan ini. Mereka pantas mendapatkannya. Sungguh mereka melakukan dosa yang aneh menurut tabiat, akal, pikiran, dan perangai, sampai-sampai Abdul Malik bin Marwan berkata,

” لَوْ لاَ أَنَّ اللهَ ذَكَرَ آلَ لُوْطٍ فِي الْقُرْآنِ، مَا ظَنَنْتُ أَنَّ أَحَدًا يَفْعَلُ هَذَا “

“Seandainya Allah Subhaanahu wa ta’ala tidak menyebutkan (kisah) kaum Luth ini dalam Al-Qur’an, aku tidak menyangka ada seorang pun yang akan melakukan perbuatan ini.”

Siksa dan Hukuman bagi Kaum Luth

Disebutkan bahwasanya Allah Subhaanahu wa ta’ala menghujani mereka dengan bebatuan yang tidak seorang pun dari mereka luput dari siksa itu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi (…sampai-sampai ada seorang pedagang dari mereka yang sedang singgah di Al-Haram dan batu yang akan menimpanya pun menunggu selama empat puluh hari sampai ia selesai dari urusan dagangnya, lalu keluar dari Al-Haram, maka batu itu pun menimpanya… ). Kerasnya siksa (di atas) menunjukkan bahwasanya Liwath merupakan perbuatan keji yang sangat besar sebagaimana yang ditunjukkan dalam banyak firman Allah Subhaanahu wa ta’ala. Datang sebuah berita yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi tentang cabang iman dari Abu Hurairah dan dishahihkan oleh Al-Hakim dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

“لَعَنَ اللَّهُ سَبْعَةً مِنْ خَلْقِهِ مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سَمَوَاتِهِ، وَرَدَّدَ اللَّعْنَةَ عَلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثَلاثًا، وَلَعَنَ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ لَعْنَةً تَكْفِيهِ، فَقَالَ: مَلْعُونٌ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، مَلْعُونٌ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ …..”

“Allah Subhaanahu wa ta’ala melaknat 7 golongan dari makhluk-Nya dari atas 7 lapis langit.” Lalu, beliau ` melaknat satu golongan di antara mereka sebanyak tiga kali. Setelah itu, melaknat setiap golongan satu kali-satu kali, kemudian bersabda, “Terlaknatlah, terlaknatlah, terlaknatlah orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Luth….”

Hadits ini masih panjang. Adapun laknat yang dimaksud yaitu dibenci dan diusir dari rahmat Allah Subhaanahu wa ta’ala, semoga Allah Subhaanahu wa ta’ala melindungi kita darinya.

Berkata Asy-Syaukani dalam Nailul Authar bab “Al-Huduud”, “Orang yang berbuat dosa ini dan melakukan kehinaan serta perbuatan tercela harus dihukum dengan sebuah hukuman, yang mana orang-orang bisa mengambil pelajaran darinya. Ia disiksa dengan siksaan yang dapat mematahkan syahwat fasiknya yang sewenang-wenang. Siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth maka layak dihukum dengan siksaan yang keras dan keji, seperti dengan adzab yang telah mereka terima. Sungguh Allah Subhaanahu wa ta’ala telah menenggelamkan dan membinasakan mereka dengan azab tersebut, baik yang perjaka maupun yang telah menikah.”

Allah Subhaanahu wa ta’ala telah menghukum pelaku dosa dan malapetaka ini dengan sekejam-kejamnya hukuman agar menjadi pelajaran bagi generasi setelah mereka. Tidaklah sesuatu yang pernah terjadi pada generasi terdahulu jauh dari generasi terkini. Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman,

”Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (QS. Hud [11]: 83)

Allah Subhaanahu wa ta’alapun menenggelamkan bumi dengan mereka dan menghujani mereka dengan batu-batu dari neraka secara bertubi-tubi.

Al-Jauhari berkata,

” حِجَارَةً مِنْ طِيْنٍ، طُبِخَتْ بِنَارِ جَهَنَّمَ، مَكْتُوْبٌ فِيْهَا أَسْمَاءُ الْقَوْمِ، وَمَعْنَى مَنْضُوْدٍ أَيْ : مُتَتَابِعٌ يَتَّبِعُ بَعْضُهَا بَعْضًا ”

“Yaitu batu-batu dari tanah yang dipanaskan dengan api neraka jahanam, tertulis padanya nama-nama kaum. Adapun makna bertubi-tubi ialah saling mengikuti, yang satu sama lain saling mengikuti.“

Semua ini balasan atas perbuatan mereka yang keji. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“وَإِذَا بِدِيَارِهِمْ قَدِ اقْتُلِعَتْ مِنْ أَصْلِهَا وَرُفِعَتْ نَحْوَ السَّمَاءِ حَتَّى سَمِعَتِ الْمَلائِكَةُ نَبَاحَ الْكِلابِ وَنَهِيْقَ الْحَمِيْرِ… بِأَنَّ قَلْبَهَا عَلَيْهِمْ كَمَا أَخْبَرَ بِهِ فِيْ مُحْكَمِ التَّنْزِيْلِ فَقَالَ عَزَّ مَنْ قَائِلٌ :

“Sungguh tempat tinggal mereka berpindah dari tempat asalnya lalu diangkat ke arah langit, sampai-sampai para malaikat mendengar gonggongan anjing-anjing dan suara-suara keledai…. Sesungguhnya peristiwa terbaliknya tempat tinggal mereka dikisahkan dalam مُحْكَمُ التَّنْزِيْلِ (yakni Al-Qur’an), Allah Dzat yang Mahamulia berfirman,

“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS. Huud [11]: 82)

Beliau melanjutkan,

“فَجَعَلَهُمْ آيَةً لِلْعَالمَِيْنَ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِيْنَ وَنِكَالا وَسَلْفًا لِمَنْ شَارَكَهُمْ فِيْ أَعْمَالِهِمْ مِنَ الْمُجْرِمِيْنَ، وَجَعَلَ دِيَارَهُمْ بِطَرِيْقِ السَّالِكِيْنَ”،

“Maka Allah Subhaanahu wa ta’ala menjadikan mereka sebagai tanda untuk alam semesta, nasihat bagi orang-orang yang bertakwa dan peringatan serta teguran bagi siapa saja yang mengikuti perbuatan mereka dari kalangan para pelaku dosa. Allah Subhaanahu wa ta’ala jadikan tempat tinggal mereka sebagai jalan yang dilalui (oleh manusia).”

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah Subhaanahu wa ta’ala) bagi orang-orang yang memerhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah Subhaanahu wa ta’ala) bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-Hijr [15]:75-77)

Beliau melanjutkan,

“أَخَذَهُمْ عَلَى غِرَّةٍ وَهُمْ نَائِمُوْنَ، وَجَاءَهُمْ بَأْسُهُ وَهُمْ فَيْ سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُوْنَ، فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ فَقَلَبَتْ تِلْكَ اللَّذَّاتُ آلامًا، فَأَصْبَحُوْا بِهَا يُعَذَّبُوْنَ”.

“Allah Subhaanahu wa ta’ala menghukum mereka dengan tiba-tiba dalam keadaan mereka sedang tidur, siksaan datang kepada mereka dalam keadaan mereka bingung. Maka tidaklah bermanfaat bagi mereka apa-apa yang telah mereka amalkan, kelezatan-kelezatan itu berubah menjadi rasa sakit, kemudian disiksalah mereka dengannya.” Maka kekejian mereka yang terasa sedap dan manis ketika di dunia, berubah menjadi siksa ketika datang kematian.

مَآرِبُ كَانَتْ فِيْ الْحَيَاةِ لأَهْلِهَا …

عِذَابًا فَصَارَتْ فِيْ الْمَمَاتِ عَذَابًا …

Kekejian di dunia bagi pelakunya adalah lezat…

Akan tetapi, setelah datang kematian menjadi azab…

Kelezatan-kelezatan berubah menjadi kerugian, hancurlah syahwat, dan datanglah kesedihan. Mereka merasakan sedikit nikmat, tetapi disiksa begitu panjang, sampai dikatakan: jika engkau melihat bagian atas dan bawah dari golongan ini, api keluar dari lubang-lubang wajah dan tubuh mereka, mereka berada di permukaan Al-Jahiim (neraka), mereka minum dari gelas-gelas yang isinya air mendidih sebagai pengganti dari kelezatan minuman (ketika di dunia), dikatakan kepada mereka dalam keadaan diseret di atas wajah mereka: rasakanlah apa-apa yang telah kalian lakukan,

“Masukklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.“ (QS. Ath-Thuur [52]:16)

Sungguh Allah Subhaanahu wa ta’ala telah memperdekat jarak azab antara umat ini yakni—kaum Luth—dengan saudara-saudara mereka dalam perbuatan (yang sama). Maka Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman dalam rangka memberikan rasa takut kepada mereka bahwa janji (Allah Subhaanahu wa ta’ala) pasti datang,

”Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Hud [11]: 83)


فَيَا نَاكِحِيْ الذَكْرَانِ يُهْنِيْكُمُ الْبُشْرَى …

فَيَوْمَ مَعَادِ النَّاسِ إِنَّ لَكُمْ أَجْرًا

كُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَازْنُوْا وَلُوْطُوْا وَأَبْشِرُوْا …

فَإِنَّ لَكُمْ زَفًّا إِلَى الْجَنَّةِ الْحَمْرَا

فَإِخْوَانُكُمْ قَدْ مَهَّدُوْا الدَّارَ قَبْلَكُمْ …

وَقَالُوْا إِلَيْنَا عَجِّلُوْا لَكُمُ البُشْرَى

وَهَا نَحْنُ أَسْلافٌ لَكُمْ فِيْ انْتِظَارِكُمْ …

سَيَجْمَعُنَا الْجَبَّارُ فِيْ نَارِهِ الْكُبْرَى

فَلا تَحْسَبُوْا أَنَّ الَّذِيْنَ نَكَحْتُمُوْا …

يَغِيْبُوْنَ عَنْكُمْ بَلْ تَرَوْنَهُم جَهْرَى

وَيَلْعَنُ كُلُّ مِنْكُمَا لِخَلِيْلِهِ …

وَيَشْقَى بِهِ الْمَحْزُوْنُ فِيْ الْكَرَّةِ الأُخْرَى

يُعَذَّبٌ كُلُّ مِنْهُمَا بِشَرِيْكِهِ …

كَمَا اشْتَرَكَا فِيْ لَذَّةٍ تُوْجِبُ الْوِزْرَى

Wahai dua lelaki (pelaku gay) akan datang kepada kalian kabar gembira…

Kelak pada hari manusia dikumpulkan, akan ada balasan bagi kalian…

Makanlah kalian, minumlah, berzinalah, lakukanlah gay, dan bergembiralah…

Sesungguhnya kalian akan digiring ke surga merah…

Saudara-saudara kalian sungguh telah mendapatkan tempat tinggal tersebut sebelum kalian…

Mereka berkata, “Bersegeralah kalian kepada kami, bagi kalian ada kabar yang menyenangkan.”…

Kami inilah para pendahulu kalian yang larut dalam penantian akan diri kalian…

“Allah Subhaanahu wa ta’ala Al-Jabbar akan mengumpulkan kita dalam neraka-Nya yang sangat besar.”…

Maka janganlah kalian mengira bahwasanya orang-orang yang kalian setubuhi…

Akan hilang dari kalian, bahkan kalian akan melihat mereka dengan jelas…

Masing-masing dari kalian berdua akan melaknat kekasihnya…

Akan merasa duka orang yang sedih dengannya di waktu yang lain…

Masing-masing dari keduanya akan disiksa bersama pasangannya…

Sebagaimana mereka berdua telah berpasangan dalam kelezatan yang mendatangkan dosa…

(Al-Jawaab Al-Kaafi, hlm. 197-198)

Siksa yang Akan Didapat

Jadi, siksa yang mereka dapat ialah sebagai berikut:

1. Dibinasakan.

2. Dibalikkan tempat tinggal mereka.

3. Ditenggelamkan.

4. Dirajam (dilempari) dengan batu-batu yang menghujani mereka dari langit.

5. Ditimpakan bencana yang Allah Subhaanahu wa ta’ala belum menimpakan bencana itu kepada umat selain mereka dikarenakan besarnya kerusakan dari dosa ini.

Hendaklah berhati-hati orang yang menjalani kehidupan yang gelap ini, begitu juga orang yang berjalan di atasnya, dan kita berlindung kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala darinya.

Artikel Terkait

0 comments

Post a Comment

Cancel Reply