Saturday 5 August 2017

Pria Jenaka

Duhai mata celaka yang lebih banyak tertidur daripada terjaga, celakalah engkau jiwa yang berselimut di sepertiga malam. Demi arasy yang ditopang malaikat tak berwujud. Bismillah....deru angin menembus kalbi, menghantam keseluruhan mereka yang didadanya beriman. Demi Rabb yang merajai hari, aku berlindung dari yang bersembunyi di kegelapan malam. Duhai hati yang bergemuruh, tenanglah. Wallahi....Dzat yang menggenggam hati. Maka bergetarlah jiwa mereka jika dibacakan Al Qur’an. Seberapa bilangan angka untuk menghitung nikmat tuhan, nikmat tuhan mana yang  kau dustakan?. Kaki yang berpijak menapaki jejak, sudah kah kau bersyukur duhai jiwa yang celaka?. Demi mati yang menggantung di pelipis mata, mengapa kau selalu mengikutiku, tidakkah kau berhenti sampai aku memejamkan kedua mata. Lantas apa yang diharapkan dari daging yang dihembuskan ruh oleh Rabb? Kesombongan kah yang kau jadikan Tuhanmu? Angin, dapatkah kau memberitakan kepadaku berdirinya para kekasih Tuhanku? Ceritakan juga kepadaku tentang cinta Bilal Bin Rabbah. Kepala yang mendongak, tunduklah kau pada kerendahan. Takut lah kau akan Tuhan mu. Hati yang didalamya bersemayam makhluk terkutuk berupa dengki, mati lah kau didasar relung hati. Tidakkah kau malu mencium harum darah syuhada? Entah mengapa mati begitu menakutkan, mungkin kecintaanku akan fana lebih besar dari pengetahuan akan Tuhanku. Keraguan tidak hanya membunuhku perlahan, ia juga menggerogoti umat, ia bernama munafik. Mungkin sebagaian kita mengenalnya dengan nama yang lain. Tetap saja ia membunuh perlahan, atau saja kita lalai dalam buaian semu. Kelemahan hanya tertunduk pada nafsu yang memburu, ya itulah manusia, penduduk langit memanggil kami demikian. Bukan bidadari yang berletakkan permadani, terlalu berlebihan menjadi mulia. Seberapapun laut bersedia menuangkan tinta, tetap saja tidak cukup untuk menceritakan tentang Tuhanku. Apalagi yang mampu menembus langit berlapis? Iman? Ya...segumpal daging yang meyakini kebenaran Tuhanku. Bukan kebenaran perkataan manusia yang menjual dirinya atas kehendak syahwat. Jika ada yang berkata tentang keberuntungan, maka sampaikan padanya jika terlahir dalam keadaan beriman.  Sedangkan mereka mendustakan kebenaran yang didengarnya. Dan ada pula yang mengeluh atas rezeki, sedangkan Tuhan sebaik-baik pemberi dan pencegah. Hamdallah...lisanku terbasahi lafadz kalimah tauhid. Rabb...yang menumbuhkan cinta di dalam dada, semailah cinta kami kepada orang yang engkau cintai. Dibawah panji Imam Mahdi, Lillah.. Lillah.. Lillah.. dengan kemuliaan Al Qur’an, limpahkanlah syafaat duhai kekasihku. 

Artikel Terkait

0 comments

Post a Comment

Cancel Reply